Start to Write

Information Overload

Posted in About My Mind by eecho on October 15, 2009

SourceInternet adalah sebuah gerbang informasi yang jumlahnya luar biasa besar, sampai pada suatu titik dimana kita harusnya ‘aware’ bahwa seberapa banyak informasi yang dapat kita cerna? Zaman sekarang dimana internet sangat mudah diakses, banyak orang mengalami yang namanya sindrom information overload. Sudah lama ingin menuangkan permasalahan ini, tetapi karena sifatnya kasat mata, sindrom ‘information overload’ ini sulit untuk disimpulkan efeknya.

Pada proses berpikir ada satu komponen penting yaitu pencerapan informasi, dengan informasi inilah kita melakukan analisis dan menghasilkan kesimpulan. Pencerapan informasi ini dapat melalui bermacam-macam media, yang pastinya melibatkan alat indra terutama indra penglihatan. Buku, TV, Radio, dan Internet adalah salah satu sumber informasi yang kita serap untuk kemudian digunakan dalam proses berpikir.

Pada era pradigital, sumber informasi utama adalah media cetak dan radio/TV, pada saat itu jumlah informasi masih cukup ‘minim’ dibandingkan dengan rutinitas yang dilakukan. Kemudian datang era internet, digitalisasi bermacam-macam media, sehingga terjadi ledakan informasi. Media cetak seperti buku dan koran mulai tergantikan dengan media internet, dan jumlah informasi yang diciptakan setiap waktunya melonjak dengan drastis. Jika sebelumnya bacaan yang wajib dibaca perhari adalah koran dan sedikit buku, sekarang ‘bacaan’ yang wajib dibaca semakin bertambah walau penting atau tidak, seperti email, blog, facebook wall, twitter, halaman web, pdf paper, ebook, buku cetak, koran….dan banyak lainnya. Rutinitas itu terus berjalan tanpa disadari mulai membuat kita cepat lelah dan kurangnya konsentrasi dalam melakukan sesuatu, atau merasa sibuk tetapi tidak produktif.

Jumlah informasi menurut saya adalah bagai pedang bermata dua, jika kita manfaatkan dengan baik maka akan sangat berguna tetapi jika salah menggunakannya akan membuat kita celaka. Bagi sebagian orang yang tidak terpengaruh dengan dunia digital ini dan tetap dengan rutinitas lamanya akan selamat dari sindrom information overload, tetapi sayangnya banyak informasi-informasi yang akan dia lewatkan, karena media-media informasi itu sekarang sebagian sudah ditransmisikan (diedarkan) melalui media-media yang baru. Tetapi yang mengikuti trend juga mengalami efek negatif dari banyaknya informasi yang harus dia tampung.

Hal yang perlu diingat adalah bahwa membaca bukan proses pembelajaran sepenuhnya, maksudnya dengan membaca tidak otomatis membuat kita pintar. Ketika informasi itu masuk melalui proses membaca, kita harus coba mencernanya dan mengolahnya sampai menghasilkan kesimpulan dan ingatan itu kita simpan untuk proses berpikir selanjutnya. Tetapi jika kita membaca banyak informasi tanpa sempat dicerna sampai tahap kesimpulan kemudian kita membaca lagi informasi lainnya yang terjadi adalah memori yang ‘acak-acakan’, mudah lupa karena kaitan antar informasinya belum kita olah dengan baik, dan waktu yang banyak untuk membaca tersebut terasa menjadi sia-sia karena tidak dapat digunakan dengan baik.

Dalam buku quantum learning disarankan untuk melakukan jeda setiap 15 menit dalam suatu proses pembelajaran, bagi saya itu tidak lain adalah kesempatan bagi otak untuk mencerna informasi-informasi yang dia dapatkan sehingga tertata dengan baik. Semakin banyak informasi yang belum ditata akan semakin berat kerja otak untuk menyusunnya, dan jika kita tidak cermat untuk coba memahaminya maka informasi-informasi tersebut akan dibuang secara otomatis.

Selain masalah cepat lupa, permasalahan yang lain adalah turunnya tingkat konsentrasi. Informasi yang terlalu banyak membuat kita sulit menemukan subjek mana saja yang perlu diperhatikan dan mana yang tidak. Memang memiliki banyak informasi membuat kita dapat melihat dari banyak perspektif, tapi resikonya kita harus membahasnya (memahaminya) lebih luas lagi dan seringkali malah jadi kewalahan. Dari informasi-informasi itu juga banyak yang sebenarnya tidak berkaitan sama sekali, sehingga sebenarnya ada banyak informasi yang tidak relevan dengan apa yang mau kita pikirkan, sayangnya informasi itu terus terngiang dikepala dan membuat konsentrasi kita buyar bahkan gak bisa konsentrasi sama sekali.

Terus bagaimana? Bagi saya hal pertama yang harus ditangani adalah masalahnya masuknya informasi. Kita harus bisa menentukan informasi apa saja yang benar-benar harus dibaca dan yang bisa kita acuhkan. Ingat sekali lagi bahwa bukan masalah jumlah informasi, tapi kualitas relasi antar informasi itu…klo saya suka menganalogikan dengan Google dan Bing, Bing bisa saja menghasilkan hasil pencarian lebih banyak, tapi kualitas pencarian Google jauh lebih mendekati maksud dibanding Bing. Ketika disekolah atau dikampus kita pasti sering berpikir mencoba memahami apa yang diajarkan guru/dosen, walau mereka hanya mengajar selama 2 jam tetapi kita berusaha mencernanya dalam waktu yang banyak. Coba bayangkan sekarang dimana kita menjadi lebih banyak membaca tetapi jarang mencoba memahaminya.

Kemudian? Semakin banyak membaca maka harus diimbangin dengan semakin banyak menulis…kenapa? Saya ibaratkan membaca adalah proses input, semakin banyak input maka harus banyak juga yang dikeluarkan kalau tidak maka aka leber dan hilang sia-sia. Menulis saya ibaratkan sebuah proses output hasil pengolahan input yang didapat. Menulis adalah sebuah proses mengkaitkan informasi-informasi yang kita punya dalam sebuah alur yang kita tulis. Sayangnya menulis kadang mentok karena keterbatasan informasi. Kalau mentok karena keterbatas info cari aja subjek lain yang lebih gampang untuk ditulis.

Sisanya …. Istirahat yang cukup, hindari aktivitas-aktivitas information intensive untuk pada saat istirahat terutama yang bersifat tekstual. Informasi yang inputnya non tekstual lebih ‘ringan’ untuk diresap, kita masih bisa rileks selagi mencerna informasi tersebut, berbeda dengan media-media tekstual yang membutuhkan ‘sumber daya’ lebih untuk memasukkannya kedalam kepala kita. Tapi setiap orang berbeda-beda, bisa jadi ada orang yang lebih rileks dengan membaca sesuatu, yang pasti kita harus tau kapan kita istirahat dan membiarkan pikiran kita rileks sejenak.

https://eecho.files.wordpress.com/2009/10/paper-tackling-information-overload-at-the-source.pdf

Leave a comment