Start to Write

Parallel Learning

Posted in Uncategorized by eecho on February 28, 2013

Pada dasarnya manusia tidak dapat berpikir hal yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, kita hanya bisa melakukan context switching, berpikir satu hal pada satu waktu, kemudian memindahkan fokus kepada hal lain setelah satu urusan selesai. Tapi pada kenyataanya di era saat ini, kita seakan-akan dituntut untuk bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu (multitasking), begitu juga dengan pembelajaran, kita belajar banyak subjek dalam satu waktu. Belum selesai satu subjek itu dibahas, kita harus mempelajari subjek yang lain, karena kita memiliki banyak kepentingan.

Ketika di kampus atau di sekolah, framing context terasa lebih mudah, ketika sudah masuk jam pelajaran suatu subjek, maka kita fokus terhadap subjek tersebut, dan dosen atau guru pun membatasi hal-hal yang diajarkan pada jam tersebut, dibagi menjadi bagian-bagian kecil yang bisa dicerna oleh kita dengan batasan waktu tersebut. Tanpa kita sadari bahwa memilah-milah materi dan menyusunnya adalah suatu hal yang sulit dan kita harus berterima kasih kepada guru dan dosen kita untuk hal itu.

Pada dunia kerja, kita tidak mendapatkan keistimewaan itu, subjek-subjek yang lebar dan dalam tidak lagi dipecah-pecah dalam pembahasan-pembahasan kecil, tidak ada jam-jam khusus untuk memahami materi-materi tersebut. Ditambah pada dunia kerja, kita tidak tahu kapan interupsi itu datang, dan masalah apa yang muncul pada interupsi tersebut, sehingga belajar menjadi hal yang sangat sulit, karena kondisi yang ada sulit membuat kita fokus pada satu hal pada satu waktu.

Fakta yang sering saya rasakan adalah context switching terjadi begitu cepat, kita tidak bisa berlama-lama fokus pada satu subjek, karena subjek yang lain menunggu untuk di pikirkan. Menjadi berbahaya karena hal-hal tersebut berulang-ulang, fokus kita hilang, dan belajar menjadi hal yang sangat sulit. Kualitas membaca menjadi menurun, juga kemampuan mengingat dan memahami materi.

Konsentrasi dan milestone menjadi penting disini. Karena tuntutan untuk multitasking sulit untuk dihilangkan, kita harus bisa mengoptimalkan pecahan-pecahan waktu yang sempit untuk belajar. Istilah milestone disini seperti chapter/bab dalam buku. Kita sulit melakukan jeda jika kita membaca novel dan berhenti di pertengahan chapter. Kalau terpaksa ada jeda, kadang kita perlu mengulang membaca lagi dari awal. Oleh karena itu mengakhiri bab menjadi penting, tapi bagaimana jika bab itu merupakan bab yang panjang? sedangkan kita dibatasi waktu yang sempit.

Menghadapi persoalan di atas kita harus bisa membuat bab-bab sendiri (batasan sendiri), misal ketika saya membaca, saya batasi terlebih dulu di pembahasan definisi, untuk analisis saya pisahkan di waktu yang lain, walaupun itu masih dalam bab yang sama. Lebih penting mencerna dan mengingat definisi-definisi diawal terlebih dahulu dibandingkan menyelesaikan bab tersebut secepat mungkin.

Kemudian hal yang tidak kalah penting adalah, konsentrasi dan elaborasi. Ketika kita membaca, kita mendapatkan definisi-definisi, premis-premis penulis dan argumentasinya. Hal yang sering terjadi adalah kita membaca tetapi mudah sekali lupa dengan apa saja yang baru dibaca. Saya merasakan hal itu pada saat terlalu banyak pikiran, sehingga sulit konsentrasi pada materi yang dibaca, sehingga akhir dari membaca tidak bisa di elaborasi.

Proses elaborasi adalah proses mengulang pemahaman kita akan bacaan, benarkah asumsi penulis, benarkah definisinya, benarkah analisisnya, apa make sense, apa runutan analisisnya sudah valid, dan seterusnya. Jika kita bisa mengelaborasi materi yang kita baca, biasanya kita ingat lebih lama terhadap materi tersebut, dan bisa menyampaikannya kepada orang lain.

Tagged with: ,