Start to Write

Deep Thinking vs Thinking Fast

Posted in About My Mind by eecho on November 4, 2011

Artikel ini berkaitan juga dengan postingan lama mengenai kerangka berpikir, yang katanya bahasanya membulet :D. Oke, balik ke topik ini. Kenapa saya memilih tema ini, karena kedua cara berpikir ini berbeda sekali tetapi sama-sama penting, oleh karenanya penggunaanya diterapkan untuk kasus yang berbeda.

Berpikir mendalam adalah berpikir dengan mengaitkan informasi dan kaitan-kaitannya selengkap mungkin, sedangkan berpikir cepat adalah berpikir yang membatasi konteks informasi yang dilibatkan dan prioritas pertama adalah kecepatan dalam menyimpulkan. Mengapa penting untuk membedakannya? karena keduanya memiliki tujuan yang sangat penting dan harus diletakkan pada posisi-nya yang sesuai.

Berpikir mendalam bertujuan untuk mencari solusi komprehensif dan lebih bersifat perbaikan dengan current solution. Nah pembahasan ini tidak dicukupkan pada definisi tapi harus sampai implementasi. Karena berpikir mendalam mengkaitkan banyak informasi maka tentunya membutuhkan waktu dan konsentrasi yang cukup banyak. Oleh karena itu hal ini tidak dapat dilakukan di tengah rutinitas. Tetapi sayangnya hal ini jarang dilakukan, karena hal ini cukup melelahkan dan durasinya yang tidak bisa diperkirakan. Saya jadi ingat cerita seorang anak IPHO yang baru dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu 3 bulan.

Hal yang menjadi koreksi bagi saya juga adalah, jarang sekali kita meluangkan waktu untuk berpikir mendalam. Pertama, karena tuntutan pekerjaan tidak memungkinkan memberi waktu yang cukup untuk berpikir mendalam kecuali para peneliti. Kedua, rasa malas harus meluangkan waktu diluar jam kerja (red:tidak dibayar) untuk memikirkan sesuatu yang serius. Tetapi tanpa adanya ini, maka tidak akan ada terobosan-terobosan baru. Contoh kasus untuk berpikir mendalam adalah, bagaimana mengeluarkan Indonesia dari krisis multidimensi, konsep perbaikan dan tahapan implementasinya?

Sedangkan berpikir cepat sangat dibutuhkan dalam rutinitas sehari-hari kita. Berpikir cepat adalah memahami konteks dengan cepat dan merespon dengan cepat. Permasalahan-permasalahannya pun tentunya yang lebih bersifat pragmatis, tapi belum tentu tidak kalah penting dengan tipe permasalahan berpikir mendalam. Banyak kesalahan yang juga sering saya lakukan adalah berpikir terlalu njlimet untuk kasus sederhana. Ini harus saya garis bawahi, bahwa sering sekali terjadi berpikir njlimet untuk kasus sederhana. Mengapa kebiasaan berpikir njlimet ini terjadi? karena kita terbiasa menggunakan cara berpikir akademis (aka:ilmiah), sehingga tanpa sadar terbawa pada rutinitas. Menambah banyak premis-premis yang sebenarnya membuat semakin lama keputusan dibuat, parahnya kadang tanpa menambah sedikitpun kualitas dari keputusan.

Kebiasaan njlimet ini jarang ditemui pada masyarakat desa, yang kalau biasa saya sebut itu karakter “easy going”, gak terlalu njlimet dalam berpikir, cukup jalani aja. Sayangnya karakter “easy going” ini kadang tidak terbiasa dengan berpikir mendalam. Tapi perlu diingat, “easy going” berbeda dengan berpikir cepat. Berpikir cepat membutuhkan keseriusan, keseriusan dalam pengamatan dan keseriusan untuk memutuskan dengan cepat, bukan asal cepat tapi tidak dipikirkan dengan seksama.

Kenapa sih membahas ini? (eit pertanyaanya sama kayak diatas nih) .. tenang sekarang jawabannya lebih visual …

Dulu saya sering menggunakan cara berpikir njlimet untuk kasus-kasus yang seharusnya di selesaikan dengan cara berpikir cepat, efeknya adalah produktifitas yang kurang. Nah ketika sudah membaca kitab Suratul Badihah (berpikir cepat) tulisan Taqiyuddin an-Nabhani saya jadi agak sadar makanya saya mulai membiasakan berpikir cepat. Eit..eit…rupanya kebablasan juga, saya jadi malas berpikir mendalam, ini terkait juga dengan rutinitas sih, tapi seharusnya kita tetap melakukan keduanya, karena keduanya sama-sama penting. Khususnya untuk berpikir mendalam, memang harus diluangkan waktu khusus untuk mengumpulkan konsentrasi dan juga referensi-referensi.

Leave a comment